Rabu, 27 Agustus 2008

Heppi B'day, Mom...

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...

Suatu ketika...

Seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan dia bertanya kepada Tuhan,

"Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil dan lemah." kata si bayi.

Tuhan menjawab, "Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu."

"Tapi di surga, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini sudah cukup bagi saya untuk bahagia." demikian kata si bayi.

Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia."

Si bayi pun bertanya kembali, "Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu?"

Sekali lagi Tuhan menjawab, "Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa."

Si bayi pun masih belum puas, dan ia pun bertanya lagi, "Saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?"

Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun."

Si bayi pun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, "Tapi Tuhan, saya akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi."

Dan Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu."

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang bayi dengan suara lirih bertanya,

"Tuhan... jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat di rumahku nanti?"

Tuhan pun menjawab, "Kamu dapat memanggil malaikatmu...."

"IBU"


Dedicated to My Mom, on her 48th b'day (August, 26th, 1960 -- August, 26th, 2008)

Thanks for giving such a great love to me...

Sumber cerita: Video dengan judul "My Mom is My Angel" yang dikasih Mas Yano dua bulan lalu

Kamis, 14 Agustus 2008

Penghuni Baru

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...

Sekarang, Kampung Kuningan, blok G8, Karang Malang, Jogja, punya penghuni baru. Bukannya mahasiswa, bukan sedulurnya ibu kos juga, apalagi cucu pertamanya (kalo yg ini bentar lagi, coz menantunya ibu kos udah hamil lima bulan). Mereka kayanya juga gak bakal bayar uang kos, soalnya tinggalnya numpang di kamar Sony (Akuntansi UGM 2005) sama kamar Kiki (Filsafat UGM 2006). Singkatnya, mereka semua bukan orang, melainkan mahluk-mahluk unik peliharaannya temen kos gua.

Okeh, kos-kosan gua sekarang emang lagi rame banget sama yang namanya hewan peliharaan. Berawal dari si Sony yang dua minggu lalu lagi jalan-jalan di Sunday Morning (pasar tumpah di UGM setiap Minggu pagi). Entah mimpi apa itu bocah, waktu lagi nyan-mor (bahasa kerennya kita-kita yang jalan-jalan di Sunday Morning) tiba-tiba aja dia pulang bawa empat ekor hamster. Harganya Rp 30.000,- empat ekor. Dia juga beli akuarium gede buat kandangnya, beli serbuk kayu buat lantainya, beli mainannya (komidi puter sama jungkat-jangkit), wortel, sama botol minum mungil. Sony tak lupa menata dan menghias kandangnya secantik mungkin, sampe-sampe dia pajang potonya gede-gede dengan tujuan para hamster akan selalu mengingat jasa-jasa dan kebaikan si empunya (walaaah, cah edan!!)

Maka yang terjadi terjadilah. Si Sony udah nganggep hamster-hamsternya kaya anak-anaknya sendiri. Sering diajak ngobrol dan becanda. Bahkan hal yang paling ekstrem kalo Sony baru nyampe kamar, dia selalu bilang “Papa pulang..papa pulang, anak-anak!!”. Oiya, gua belom ngenalin nama-nama hamsternya. Yang pertama yang paling agresif, gak bisa diem, pemakan dan penggigit segala sesuatu, namanya Ryan. Si Ryan ini paling gak bisa ngeliat suatu benda dideketin ke mulutnya. Apa aja pengen dia caplok, jagal, bahkan dimutilasi kalo perlu (haha leebay!!). Gak cuma wortel, poto empunya, kuaci, batang pohon, sampe tangan gua pun pernah jadi korban keganasannya. Maka oleh sebab itulah dia diberi nama Ryan.

Yang kedua yang putih mulus namanya Sumanti. Sumanti ini biar dikata bersih nan cantik juga agak ganas. Tapi gak seganas Ryan, sih. Paling banter dia pernah gerogotin kunci kamar gua. Tangan gua pun pernah disosor sama dia sampe bedarah, sebagai tanda balas dendamnya pun leher si Sumanti langsung gua cekek trus gua jatohin dari ketinggian kira-kira dua puluh kaki hamster (Heeehhh,,, nyahoo, lu!!). Yang ketiga namanya Sutiyem. Sutiyem ini biasa-biasa aja, hampir gak ada yang spesial. Pokoknya manut-manut aja. Datar. Kayanya sih agak-agak cemburu gara-gara Ryan sering main sama si Sumanti.

Yang terakhir yang paling buluk mirip tikus namanya Joko. Joko lebih parah dari si Sumanti - yang meskipun manut - manut aja tapi masih sering olahraga main komidi puter. Joko lebih sering ngerem di pinggir dan termenung bermuhasabah sendirian di kandang. Jarang ikut main, jarang makan, apalagi ngomong. Kondisinya semakin memprihatinkan. Ada beberapa hipotesis, mungkin dia trauma ngeliat poto si empunya yang dipajang gede-gede di pojok, atau minder sama temen-temennya yang lebih good-looking, atau jangan-jangan kena penyakit hepatitis yang akhir-akhir ini lagi marak di Jogja. Ah, gak taulah.

Dan di tengah-tengah para hamster yang menjadi hiburan kami, si Kiki tiba-tiba bikin sensasi. Ooohh,,it was obviously shocking me!!! Si Kiki baru aja dari Pasar Ngasem (Pasar hewan terbesar di Jogja yang menjual macam-macam hewan dari berbagai bangsa, mulai dari iguana, kucing persia, sampe kura-kura 1,5 juta yang jalannya kaya robot). Dan taukah sodara-sodara? Dia beli uler. Entah ini cobaan atau bukan, gua harus tinggal satu atap dengan salah satu mahluk yang paling gua takutin sejak kecil – uler. Oh, no!!

Si uler dianugerahi nama Ucok. Si Ucok ini termasuk jenis uler pelangi yang warnanya item, panjangnya kira-kira satu meter (gede ajah), rada gendut, dan makanannya kodok. Biarpun si Ucok ini katanya udah jinak dan gak punya taring, tapi tetep aja setiap gua berpapasan dengan si Ucok, dia selalu menatap gua dengan tatapan kurang bersahabat dan bikin gua panas dingin mendadak. Ya ampun, salah apa gua cok sama elu?? Dan yang paling parah adalah si Ucok cuma dimasukin akuarium doank tanpa ditutup apapun. Itu berarti kapan saja dengan senang hati si Ucok bisa menyusup ke kamar gua lalu mencokot dan melilit salah satu anggota tubuh gua. Oh jangan, cok!!

Yah, begitulah kos-kosan gua belakangan ini. Kalo kita-kita lagi kumpul, pasti si Ryan, Sumanti, Sutiyem, Joko, sama Ucok ngikut kumpul. Gua pun mulai terobsesi untuk punya hewan peliharaan. Udah sempet ada beberapa ide dan masukan, diantaranya ikan cupang, iguana, sama burung pipit yang disepuh warna-warni itu. Hmmmm,,,apa ya yang asik? Atau, ada yang punya ide?

Selasa, 12 Agustus 2008

Commemorating My First Year in Jogja (Part 1)

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...
"Long Road To Jogja"

Hari ini tanggal 12 Agustus. Kalo gua gak salah itung, tepat satu tahun yang lalu adalah hari pertama gua ngejalanin hidup di Jogja. Tepat satu tahun yang lalu, tadi malem tepatnya, kedua orang tua gua melambai-lambaikan tangannya dari dalem taksi untuk pergi ke Stasiun Tugu meninggalkan gua (inilah pertemuan terakhir sebelum gua resmi ngekos di Jogja setelah dua hari mondar-mandir Jogja beli segala keperluan gua). Dan tepat malem itu juga, gua duduk termenung (halaah) sendirian di kamar gua. Di kamar kos baru gua tepatnya. Yang ada cuma rasa gelisah karena kesendirian, rasa takut, bingung, pokoknya sedih2 gitu,lah. Sedihnya ibarat seorang anak yang terdampar sendiri di sebuah pulau, padahal cuma di Jogja, delapan jam naik kereta dan satu jam naik pesawat. Tapi sungguh, malem pertama itu gak akan pernah gua lupakan. Akhirnya gua sms temen-temen gua sebisa mungkin, ngungkapin ketakutan gua, dan minta doa. Sedikit lega. Tapi jadi agak2 sentimentil lagi gara-gara nonton Flashback dan film angkatan Smansa, ditambah baca-baca buku tahunan.

Ya, udah satu tahun gua tinggal di Jogja. Inilah mungkin salah satu keputusan terbesar yang pernah gua ambil dalam hidup gua – meninggalkan Depok. Depok. Biar kata orang daerah pinggiran, biar ada yang bilang masih kaya kampung (yang bilang gini belom pernah liat deretan mal di Margonda kali, ya), atau biar gua sendiri bilang kalo Depok semakin memprihatinkan akhir-akhir ini (konflik para petinggi yang gak kunjung reda, dikolaborasikan dengan makin banyak angkot, tata kota yang gak rapi dan suhu yang panas menggila), tetep aja kota yang udah gua singgahi sejak umur dua tahun ini punya kesan yang manis banget buat gua. Apalagi masa-masa SMA gua, ibarat ada permen yang lebih rame dari Nano-Nano, begitulah rasanya. Smansa. Lebih dari kata cukup dari semua hal yang pengen gua dapetin dari masa-masa SMA. Inilah masa yang ngebuat gua semakin menghargai hidup. Special thanks for all you guys there!! Cukup deh tentang Smansa.

Tomorrow is a mystery. Gua pun percaya sepenuhnya quote tersebut. Meskipun gua juga percaya bahwa apa yang terjadi hari esok adalah buah dari apa yang kita lakukan hari ini, tapi tetep aja hari esok adalah sebuah misteri besar, sebuah suratan takdir Allah yang pastinya sangat indah buat seluruh hamba-Nya. Dan itu pula yang gua rasakan. Gak pernah kebayang gua bakal kuliah di jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada. Semenjak awal SMA kelas dua gua udah mendeklarasikan untuk bisa berkuliah di jurusan Manajemen Universitas Indonesia. Sedikit terinspirasi dari Bang Koko (Kakak mentor gua di Smansa, sekarang mau lulus Manajemen UI) dan emang gua suka dengan Ekonomi. Kenapa UI? Karena deket, biasalah secara gua anak Depok gitu, ditambah Smansa, yang sebagian besar anak-anaknya hijrah ke UI (kata orang udah kaya pindah kelas).

Seenggaknya selama kurang lebih satu setengah tahun niat gua untuk masuk UI masih lurus. Sampai satu hal yang bernama OSN (Olimpiade Sains Nasional) mengubah lembaran hidup gua. Salah satu nikmat terbesar dalam hidup gua di akhir tahun 2006, gua berhasil dapet medali emas bidang Ekonomi waktu Olimpiade Sains Nasional di Semarang – FYI: gua sampe ga masuk sekolah sekitar satu bulan. Satu hal yang gak pernah dan gak akan pernah kebayang sama gua sebelumnya (ya iyalah,, kelas satu aja gua ujian contek-contekan sama Arsi, kelas dua sering ga masuk kelas waktu AKSI, dan yang parah kelas tiga gua sering cabut gara-gara pusing dikit doank – Hmm,,my confession).

Seneng banget, alhamdulillah. Soalnya waktu itu dijanjiin kalo udah dapet medali emas bisa kuliah dimana aja (di Indonesia doank, lah). Gua inget waktu Azmi ngucapin selamet ke gua, dia bilang gua tinggal merem juga bisa milih kuliah. Ya, ga gitu-gitu amat lah. Tapi di balik semua itu, sepertinya harapan gua bisa masuk Manajemen UI bakal segera terwujud.

Dan dimulailah masa-masa pemilihan kuliah. Sebenernya waktu kelas dua SMA gua alhamdulillah udah di terima Fakultas Ekonomi IPB gara-gara pernah menang Economics Contest, tapi lagi-lagi keinginan gua waktu itu masuk FE UI. Apalagi formulir PMDK UI waktu itu udah di tangan. Sebenernya formulir PMDK (sekarang PPKB namanya) UI gak ada hubungannya sama OSN, tapi itu jatah gua karena ranking di kelas. Dari sekolah sendiri (pak Wirdan tepatnya) mau mengajukan gua masuk UI langsung lewat rektorat, bareng Ratih sama Ridwan. Terus Pak Nurmahmudi (wali kota Depok) mau mengusahakan gua masuk UI lewat rekomendasi Pemerintah Kota Depok. Terus Pak Gusni ngusulin langsung lewat Depdiknas aja. Nah, jadi bingung sendiri gua. Akhirnya waktu itu gua milih ngisi formulir PMDK UI dari Pak Sanusi (guru BP gua) aja biar gak pusing.

Di tengah kemantapan pengen milih UI. Tiba-tiba gua dipanggil Bu Tati (guru BP gua juga) ke ruang BP. Beliau bilang katanya ada tawaran (tepatnya undangan) dari UGM untuk masuk tanpa tes. Dan lebih dari sekedar masuk tanpa tes, ada tawaran beasiswa juga dari UGM kalo gua bisa masuk tanpa perlu bayar uang pangkal dan biaya kuliah selama empat tahun. Gua makin lemes karena bingung. Bu Tati minta gua mempertimbangkan hal ini matang-matang, karena kata beliau ini kesempatan langka. Gua pulang ke rumah. Cerita ke ibu bapak gua untuk minta saran. Secara umum orang tua gua ngasih kebebasan gua untuk memilih, meskipun ibu gua cenderung nganjurin buat ngambil UGM, tapi bokap gua yang notabenenya lulusan UGM malah nganjurin gua masuk UI. Tapi overall, semuanya tergantung gua.

Dimulailah kebimbangan lagi. Jujur, ini salah satu keputusan terberat yang harus gua ambil. Meski kalo gua milih UGM belom 100% gua bisa diterima, atau meski gua milih UI juga belom 100% gua diterima, tapi tetep aja waktu itu bingung. Maka, gua minta pertimbangan semua orang yang bisa gua ajak ngobrol waktu itu. Temen, guru, kakak kelas juga, sampe sopir angkot pengen juga gua tanyain, hehe. Pokoknya yang ada di otak gua cuman UGM atau UI. Bahkan di persimpangan jalan, penunjuk arah kebacanya cuman UGM kanan, UI ke kiri.

Terangkumlah beberapa pertimbangan. Ditinjau dari segi kualitas, FE UGM maupun FE UI sama - sama banyak melahirkan ekonom handal yang mengisi posisi-posisi penting di Indonesia. Bahkan katanya sih malah sering beroposisi karena UI yang lebih menganut ekonomi kapitalis dan UGM yang lebih menganut paham kerakyatan (basically I don’t care ,hahaha). Kemudian dari segi Depok dan Jogjanya. Berat banget bagi gua untuk ninggalin Depok, udah PW banget. Misalnya gua milih UI gua yakin gua gak perlu susah-susah beradaptasi karena pasti banyak banget yang gua kenal di UI. lebih-lebih UI juga masih di Depok, ga jauh-jauh dari rumah. Tapi masalahnya dari TK gua sekolah di Depok, apa kuliah juga gua harus di Depok? Gua juga gak pengen sebagian besar hidup gua dihabiskan di Depok. Jogja (seperti yang gua rasakan sekarang) secara kota jelas menawarkan sisi lain kehidupan yang sangat menarik dan manis -yang sekarang menyadarkan gua bahwa dunia gak seperti daun kelor. Terlebih hidup sebagai anak kos, gua nyadar, dari kecil gua bisa dibilang cukup manja, karena segala macemnya bisa dipenuhi orang tua gua. Nah, dalam hal ini Jogja menjadi tantangan tersendiri buat gua.

Kemudian dari segi biaya kuliah, jelas gua sangat bangga kalo bisa lulus S1 tanpa minta biaya kuliah sepeser pun dari orang tua (meski tiap bulan gua dikirim duit, hehe). Buat gua jelas ada kebanggan tersendiri. Terus, bapak gua meskipun lebih nyaranin gua ke UI, selalu menceritakan bagaimana hebat dan besarnya UGM. Namun, dari segi gengsi-gengsian, waktu itu gua condong ke UI, secara gua banyak minta pertimbangan anak-anak Smansa, jadinya mereka yang orang Depok nganggap UI lebih keren. Tapi jelas bodoh bagi gua kalo membawa unsur gengsi dalam pertimbangan sepenting ini.

Dengan segenap usaha dan pertimbangan yang telah maksimal gua lakukan. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahiim, insyaAllah yang terbaik, gua memilih Akuntansi UGM. Namun, sampai pengumuman UGM gua terima, sekolah masih mengijinkan gua memilih UI. Akuntansi? Inilah dia keputusan tercepat dalam hidup gua dan sekarang gua rasa sangat tepat mengambil keputusan itu . Ya, memilih Akuntansi. Sekali lagi, mengapa Akuntansi tidak cukup dibahas di sini.

Dan, apa yang gua rasakan di Jogja satu tahun ini, apa yang gua dapet sampai di hari ini, yang dimana gua gak bakal pernah nyesel sedikit pun pernah ngambil keputusan itu karena sampai hari ini gua sadar betul bahwa itu adalah keputusan yang terbaik dari-Nya, adalah buah manis dari apa yang telah gua putuskan saat itu dan semenjak sms ini tiba di HP ibu gua tanggal 1 Maret 2007;

“Selamat, No.Peserta: 2740000001, ARY SANDHIKO Lolos PB di AKUNTANSI. Pra Registrasi: 23/3/07 di Lt.1 Grha Sbha Pramana UGM.”


to be continued...

Spesial buat temen-temen gua yang selalu nanyain “Kenapa ga di UI aja,ry? Kan deket?”

Juga ucapan terima kasih dan rasa syukur yang tak terhingga untuk Allah yang telah memberikan gua kemudahan yang amat sangat untuk memperoleh Perguruan Tinggi Negeri, sedangkan saat itu masih banyak temen-temen yang belum bisa merasakannya. Sesungguhnya segala sesuatu hanyalah milik-Nya.


Jumat, 08 Agustus 2008

My Brother's New Job

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...

Kamis malam, waktu lagi nonton film Sebelah Mata sama Dani dan Kirun di Amplas (Ambarukmo Plaza), tiba-tiba ada sms masuk;

My_Mom ----> 18.29

“Dek,, Syukur Alhamdulillah mas diterima di Shell dan hari senin mulai kerja”

Ya, saya cuma mau berbagi kabar gembira yang baru saja keluarga saya dapatkan kemarin. Alhamdulillah kakak saya satu-satunya sekarang sudah diterima kerja. Dan Alhamdulillah lagi dapet kerjanya di Shell. Bagi teman-teman yang mungkin belum tau, Shell itu adalah salah satu perusahaan minyak besar dunia yang berasal dari Belanda dan punya banyak cabang di berbagai negara. Setahu saya Shell juga sering disebut Royal Dutch. Posisi kakak saya di Shell nanti sebagai Finance Staff, atau seperti akuntan intern perusahaan,lah, secara dia lulusan Akuntansi.

Senang sekali rasanya kalo baru dapet kerja, apalagi dia baru kemarin lulus kuliah. Kakak saya itu bisa dibilang cepat juga lulusnya, kalo gak salah 3,6 atau 3,7 tahun gitu. Ngomong-ngomong masalah lulus kuliah dan kerja, kadang-kadang saya jadi gelisah sendiri kalo membayangkan gimana nanti setelah lulus kuliah terus kerja. Menurut saya transisi dari dunia kuliah ke dunia kerja itu sebuah peristiwa besar dalam hidup setiap orang. Coba bayangkan, selama kurang lebih 18 tahun (kalo normal) dari mulai kita masuk TK sampai lulus kuliah, bisa dibilang kita telah mengenyam pendidikan formal. Dan saat kita mulai kerja, kalau saya bisa katakan secara kasarnya adalah saat-saat kita dituntut mengaplikasikan apa yang telah kita dapatkan di pendidikan formal tadi.

Banyak yang bilang, saat-saat mulai kerja adalah saat dimana banyak orang mengalami titik balik dalam hidupnya, banyak perubahan besar, dan yang paling mengerikan adalah idealisme yang mulai meluntur.

Oiya, sekedar berbagi mimipi, kalo-kalo ada yang mau tau rencana kasar jangka pendek saya. Setelah lulus nanti rencananya saya mau bekerja di Kantor Akuntan Publik sebagai auditor selama tiga sampai lima tahun. InsyaAllah KAP-nya di Big Four (Delloite, KPMG, PWC, E&W). Setelah itu saya berencana untuk meniti karier di Bank Indonesia. Saya mohon doa teman-teman semua, ya!! Semoga saya bisa mencintai perkerjaan saya nanti dan bisa terus menjaga idealisme yang selama ini saya pegang. Amiiiiiinn!!

Hmmm, balik lagi. Otak oportunis saya sepertinya mulai jalan. Salah satu rencana yang sangat cerdas dari saya; Minta bagian gaji pertama kakak saya. Hehehe..

Badminton I’m in Love

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...

Awalnya cuma gak sengaja diajak Mas Yano (manager gua di Departemen Intelektual Himpunan Mahasiswa Akuntansi), tapi sekarang bahkan dalam satu minggu bisa 4 – 5 kali. Itu dia bulu tangkis. Dengan perpaduan antara kesukaan dan sedikit bakat, sekarang gua bisa dikatakan luar biasa jatuh hati dengan cabang olahraga sepak-menyepak bulu angsa ini.

Beneran, bagaimana bulu tangkis bisa menjadi hobi baru gua saat ini bisa dikatakan benar-benar gak sengaja. Jadi waktu itu Mas Yano mau main bulu tangkis, karena pemainnya kurang satu, entah apa yang dipikirkan beliau, tiba-tiba langsung mengajak gua. Semenjak itu gua jadi sering banget main bulu tangkis, awalnya cuma jadi follower – cuma nunggu kalo ada yang ngajak main - , tapi sekarang gua malah selalu didaulat sebagai penanggung jawab kalo mau main bulu tangkis.

Tadi gua sempet nyinggung-nyinggung masalah bakat. Hal tersebut sepertinya benar adanya kawan-kawan. Waktu SMP entah bagaimana hal tersebut bisa terjadi, gua pernah menjadi juara I turnamen bulu tangkis tingkat RW dalam rangka 17-an. Masih terngiang-ngiang dengan amat manis moment bersejarah itu. Kalo inget masa itu, rasanya gua sekarang harusnya udah di Pelatnas Cipayung bareng Taufik Hidayat dkk, tapi takdir berkata lain, sekarang gua malah kuliah jurusan Akuntansi, hehe. Tapi Akuntansi jauh lebih menyenangkan dibanding bulu tangkis, kok.

Di Jogja sendiri sangat banyak tempat main bulu tangkis. Kalo gua paling sering main di GOR Lembah UGM (Rp 10.000/jam) dan di Depok Sport Center (Rp 50.000/2 jam). Beberapa orang yang pernah bareng-bareng gua main bulu tangkis; Dani, Azmi, Mas Yano, Mas Riri, Mas Gea, BQ, Igoy, Teguh, Yuscha, Kirun, Abang, Wahyu, Aldi, Zaldi, sama Mas Ardi. Hampir semua diantara mereka jatuh hati at the first sight juga sama bulu tangkis. Mirip-mirip gua gitu. Tapi yang penting thank you guys for being my soulmate at badminton field!! Hidup Mahasiswa!!

Menurut gua, bulu tangkis itu olahraga yang unik. Pas banget buat yang mau diet. Kalo main bulu tangkis, gua merasa jarang banget capek meski udah satu atau dua jam. Tiba-tiba badan udah mandi keringat dan rasanya beribu-ribu kalori baru saja lenyap dari tubuh gua. Beda sama jogging. Sepuluh menit gua tepar (emang gak ada bakat jogging). Selain itu menurut gua mengapa bulu tangkis sangat maju di Indonesia karena banyak banget komplek perumahan atau perkampungan yang punya lapangan bulu tangkis. Jadi bulu tangkis terlihat sangat populer. Apalagi bulu tangkis punya sejarah yang sangat keren dalam mengharumkan nama Indonesia. Beda sama sepakbola. Banyak orang yang fanatik, cuman, ketersediaan lahan untuk lapangan sepakbola semakin minim. Sekarang trend anak muda lebih suka main futsal. Dan futsal pada dasarnya beda sama sepakbola.

Gua juga mau memberi saran untuk pemerintah khususnya Menpora; Kalo pemerintah mau serius menangani masalah kenakalan remaja, sex bebas, narkoba,dll, sebenernya ada cara yang cukup bagus menurut gua. Caranya dengan gencar membangun fasilitas olahraga yang cukup representatif seperti lapangan futsal, bulu tangkis, basket, sports center, dll. Kenapa? Karena menurut gua intensitas berolahraga sangat berbanding terbalik dengan kenakalan remaja. Jadi semakin giat seseorang berolahraga, semakin kecil kemungkinan dia melakukan kegiatan-kegiatan yang negatif. Pasti deh! Gua dan temen-temen ngerasain hal ini,kok!

Balik lagi ke bulu tangkis ya. FYI aja, sebagai tindak lanjut kecintaan gua sama bulu tangkis, sekarang gua udah join sekolah bulu tangkis di Jogja, namanya Depok Sport Center Badminton Club. Latihannya seminggu dua kali. Pelatihnya namanya Pak Susanto. Nah, kalo Pak Susanto biasanya didampingi anaknya Gilang sebagai asisten. Ngomong-ngomong tentang si Gilang ini, hebay euy!! Dia baru kelas tiga SD, tapi udah jadi atlet Popda (Pekan Olahraga pelajar daerah) Jogja. Padahal badannya kecil dan pendek, tapi mainnya cadas luar biasa. Gua yakin ini bocah bisa dapet medali emas olimpiade entah kapan.

Oiya, terakhir, mari kita doakan para atlet bulu tangkis kita yang akan berlaga di Olimpiade Beijing. Semoga tradisi emas masih bisa dipertahankan,deh. Buat kita semua, jangan lupa berlolahraga ya, bung!! Mumpung masih muda, kalo udah sepuh repot. Hidup Mahasiswa!!

Senin, 04 Agustus 2008

Karena Saya… Maka Gua…

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...
Siang ini saya membuka dan membaca lagi beberapa postingan blog saya. Setelah dipikir-pikir dan dipertimbangkan dengan gak terlalu matang, saya merasa ada beberapa postingan (gak tau neh bahasa yang bakunya apa) yang rasa-rasanya kurang pas kalo saya menggunakan kata “saya” dalam postingan tersebut, terutama postingan yang masuk dalam kategori gak penting atau gak serius (hueekkkzzz.. emang ada yang penting dan serius??)

Maka dengan berlandaskan beberapa kepentingan dan pertimbangan “gak mau dibilang aneh” sama saudara-saudara sekalian, untuk beberapa postingan ke depan yang berbau kurang penting dan kurang serius (dibilang gak ada yang penting juga!!) saya mengubah kata “saya menjadi gua”.

Oke resmi deh..

Oiya, ngomong-ngomong tentang kata “gua”, kalo gua perhatiin di sini jarang banget orang Jogja (terutama temen-temen gua) yang berkomunikasi menggunakan kata “Gua dan Lo”. Sebenernya bukan orang Jogja aja sih yang kayak gitu, hampir semua mahasiswa dan orang – orang di sini yang notabenenya dari luar Jakarta jarang menggunakan kata gua lo. Lagi-lagi punya efek yang signifikan buat gua. Sekarang gua jadi sering banget “ber-aku-kamu”. Bahkan sama temen-temen yang dari Jakarta juga jadi ikut-ikutan ngomong aku kamu.

Seneng juga sih bisa ber-aku-kamu sama banyak orang, rasanya kaya kita masih kecil dulu kalo lagi rebutan mainan, “Ini punya aku, kamu!!” atau ‘Kamu nakal,deh!!”. Oiya, ngomong-ngomong masa kecil, akhir-akhir ini gua lagi seneng sama lagu Masa Kecilku-nya Elfa Singer yang beberapa minggu lalu dibawain sama Gisel di Spektakuler ke berapa gitu.

Balik lagi ke ber-aku-kamu. Selain sering banget ngomong aku kamu, ternyata temen-temen gua yang notabenenya bukan dari Jakarta itu masih banyak yang gak tau arti kata “Gope, Seceng, Goceng, Ceban, dll”. Sepertinya pepatah "dunia gak seluas daun kelor" gak perlu direvisi, neh. Ahahahaha…^,^