Senin, 26 Mei 2008

Chelsea dalam Kelabu dan Arti Sepakbola

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum...


Kamis, 22 Mei 2008. Sungguh hari yang sangat menyakitkan bagi seluruh anggota tim Chelsea dan supporternya. Tidak hanya mereka yang hadir di Stadion Luzhniki, Moskow (Rusia) saat itu, tapi juga seluruh pendukung setia The Blues di London, Inggris, dan bahkan di seluruh dunia. Termasuk saya di Indonesia. Seakan kami tidak (dan mungkin tidak akan pernah) percaya ketika dimensi ruang dan waktu menyuarakan suratan takdir bahwa eksekusi penalti Nicolas Anelka tepat ke arah kanan gawang berhasil di tepis dengan sempurna oleh Edwin Van der Sar. Sepersekian detik setelah kejadian tersebut, Chelsea dipastikan gagal membawa pulang Trofi Liga Champion ke Stamfort Bridge untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah. Dan Manchester United kembali memastikan diri keluar sebagai penguasa sepakbola Eropa untuk yang ketiga kalinya.

Ya, itulah akhir dari perhelatan sepakbola antar tim paling bergengsi di daratan Eropa yang mempertemukan dua tim raksasa asal Inggris, Chelsea dan Manchester United. Drama tos-tosan atau adu penalti harus menjadi jalan terakhir ketika waktu 120 menit tidak cukup untuk menentukan siapa yang harus keluar sebagai pemegang supremasi tertinggi sepakbola Eropa yang telah diperebutkan sejak tahun 1955 ini.

Sebelumnya, 90 menit pertandingan waktu normal berjalan sangat sengit, penuh intrik, emosi, bahkan darah. Kedua tim benar-benar menyuguhkan permainan kelas dunia. MU sempat unggul terlebih dahulu melalui tandukan keras Cristiano Ronaldo ke pojok kanan bawah tiang gawang Peter Cech di menit ke 26. Di injury time babak pertama, sontekan manis Frank Lampard mengubah kedudukan menjadi 1-1. Pertandingan dilanjutkan melalui perpanjangan waktu 2 x 15 menit. Para pemain tampak amat kelelahan, sehingga emosi mereka menjadi amat labil. Pertengkaran antar pemain kerap terjadi di lapangan. Puncaknya adalah ketika wasit Lubos Michel asal Slovakia memberikan “hadiah” kartu merah kepada Didier Drogba yang mencolek pipi Namenja Vidic. Perpanjangan waktu tidak berbuah gol. Pemenang harus ditentukan lewat adu penalti.

Sebenarnya saya tidak pernah tega untuk menyaksikan sebuah pertandingan harus diselesaikan melalui adu penalti. Apalagi untuk pertandingan sepenting ini. Tapi mau bagaimana lagi. Pertandingan harus diselesaikan, dan pemenang harus ditentukan. Maka saya sebagai pendukung Chelsea pun harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Frase “segala kemungkinan” sepertinya terdengar tidak begitu cocok, karena hasil pertandingan hanyalah “menang” atau “kalah”.

Drama adu penalti dimulai. Sungguh, jantung saya berdegup sangat kencang. Badan saya panas dingin tak karuan. Tangan saya gemetaran dan terus bergenggaman antara kiri dan kanan, sambil sesekali saya dekatkan ke arah muka. Dua penendang pertama dari Chelsea maupun MU berhasil melesakkan bola. Penendang ketiga Cristiano Ronaldo yang merupakan spesialis bola-bola mati bagi MU gagal memasukkan bola. Saya berteriak kegirangan. Apalagi ditambah Frank Lampard yang berhasil melakukan eksekusi. Penendang keempat Chelsea maupun MU sukses menunaikan tanggung jawabnya. Begitu pula penendang kelima MU.

Kini giliran sang kapten John Terry yang menjadi eksekutor terakhir Chelsea. Jika tendangannya berhasil, maka Chelsea dipastikan keluar sebagai juara. Seluruh pemain Chelsea bergandengan erat satu sama lain. Seluruh official tim termasuk sang pelatih Avram Grant ikut berdiri. Seluruh pendukung Chelsea yang ada di dalam Stadion Luzhniki bersiap dengan apa yang akan terjadi. Saya semakin cemas dan tak karuan. John Terry keluar dari barisan pemain. Melangkah ditengah lapangan menuju titik dua belas pas. Tatapannya begitu siap, langkahnya begitu mantap. Semua orang di seluruh dunia tahu betul kapasitasnya. Yang ada dalam benak saya adalah , hanya dalam hitungan beberapa detik ke depan, jaring akan bergetar, Terry akan berteriak sekuat-kuatnya, semua pemain dan official The Blues akan berlari melakukan selebrasi kemenangan, Moskow akan bergemuruh, dan Chelsea menjadi juara. Pasti. Itu pasti. Sangat pasti. Hampir tak ada keraguan.

Terry bersiap melangkahkan kakinya. Bola pun ditendang. Dan apa yang terjadi?? Terry gagal melesakkan si kulit bundar. Tubuhnya terpeleset dan bola melayang jauh ke sisi kiri gawang. Saya lemas seketika. Begitu pula semua pemain Chelsea. Terry tampak tertunduk lesu. Semua seakan berubah 180 derajat hanya dalam hitungan detik. Saya masih tercengang dan mencoba memfokuskan pikiran terhadap apa yang baru saja terjadi. Namun saya tidak bisa. Meski kemungkinan juara untuk kedua tim masih 50-50.

Gagalnya eksekusi Terry seperti menjadi titik balik bagi saya. Saya hanya bisa melamun, hingga tidak menyadari kalau layar kaca di kos saya sudah menunjukkan skor 6-5 untuk MU. Ryan Giggs baru saja memasukkan bola. Dan terakhir Anelka gagal memasukkan bola. Saya masih tak bergeming. Gagalnya Terry seakan menjadi kepasrahan tersendiri bagi saya.

Saya hanya bisa memandang kosong ke arah layar kaca. Saya tak mengerti apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba pikiran saya menjadi kosong. Mengapa seluruh pemain MU berlarian dan berteriak? Mengapa tiba-tiba seluruh pemain Chelsea tertunduk? Mengapa Terry menangis dengan begitu histeris? Benda apa yang sedang diangkat Ferdinand dan Ryan Giggs sambil bersuka cita. Sungguh, saya benar-benar tak paham apa yang baru saja terjadi. Tiba-tiba HP saya berbunyi,

New message - Riky - 04.36

“Asw. Ha1001x... Malam yg indah.”

Apa kata dia? Malam yang indah? Sms Riky semakin menambah kekosongan pikiran saya. Saya jadi tidak mengerti apa itu sebenarnya sepakbola? Mengapa gagalnya satu tendangan saja bisa mengubah segalanya? Mengapa banyak orang-orang di dunia harus memainkannya jika kesalahan satu detik saja bisa berbuah tangisan dan kesedihan ? Adilkah? Hanya mengapa, mengapa, dan mengapa yang ada di benak saya tentang sepakbola.

Saya balas sms dari Riky dengan menanyakan apa arti sepakbola. Lalu ia membalasnya kembali,

New message - Riky - 05.08

“Sepakbola adalah = 1% keberuntungan dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan = kesempatan + kesiapan”

Awalnya, saya sempat tak mengerti arti sms Riky. Namun, setelah sekitar setengah jam mencoba memahami dan merefleksikannya dalam pertandingan final tadi, saya sedikit mendapat pencerahan dan mengerti.

Ya, ternyata saya mulai memahami. Sepakbola atau lebih tepatnya hasil pertandingan sepakbola adalah representasi 100% dari apa yang dilakukan sebuah tim selama atau bahkan sebelum pertandingan. Sepak bola adalah akumulasi dari cucuran keringat dan kerasnya usaha yang dilakukan setiap insan dalam sebuah tim. Chelsea telah bermain dengan sangat memukau. Begitu pula MU. Kedua tim telah menunjukkan kerja keras dan determinasi yang sangat luar biasa selama 120 menit. Kedua tim telah mengeluarkan “keringat” dengan derajat yang sama selama 120 menit. Jadi dapat saya katakan 99% kekuatan mereka imbang dalam 120 menit.

Sekarang tinggal adu penalti. 1% tersisa untuk menentukan pemenang. Saya tidak mau mengatakan penalty is the matter of luck, karena di sana yang persentasenya hanya 1% terdapat kesempatan dan kesiapan. Dalam sudut pandang saya kedua tim memiliki kesempatan yang sama. Jadi persentase kesempatan menurut saya adalah 0,99%. Nah, 0,01 ini adalah kesiapan. Harus saya akui bahwa MU lebih siap dalam adu penalti. MU jauh lebih matang dan berpengalaman menghadapi partai final dibanding Chelsea. Jadi wajar jika Chelsea kalah. Perbedaan 0.01% adalah kekalahan. Dan kalah tetaplah kalah. Titik. No excuse, no apology.

Ternyata, tak ada yang perlu disesali dari kekalahan Chelsea. Mungkin butuh beberapa tahun lagi bagi Chelsea untuk menjadi juara Eropa. Butuh beberapa tahun lagi untuk berlatih dan mempersiapkan diri. Dan butuh beberapa tahun lagi untuk 100% mengerti, apa itu sepakbola.

===================================================================

Thanks buat Riky akan arti sepakbola-nya.. Semoga tahun ini bisa tembus Perguruan Tinggi Negeri dan jurusan yang diinginkan.. Amin..

9 komentar:

Anonim mengatakan...

hahaha...

senangnya MU menang...

emg dah MU emg bermental juara...

asal tw aja, sebenernye si Teri tuh tendangannya kaga masuk gara2 tekanan mental...

hahaha... senang2008x

kaga di EPL kaga di liga cempien, MU tetap tidak terkalahkan....

hmm... apalagi yah...

udah deh cukup dlu...

hyahahay...

Anonim mengatakan...

inter scudetto....\^0^/



selamat untuk MU atas gelas LC dan liga primernya musim ini

saya dukung MU loh..:P

Anonim mengatakan...

Hwahahaha.. Jgn sedih lah, ry!

Btw, brp duit lagi neh yg bkal dkluarin chelsea bwt blanja pemain musim dpn? Eh, platih jg y! :(

Ary Sandhiko mengatakan...

@ All

tengkyyuuuu,,, sekarang kita tak perlu bayak bicara,, kita tunggu aja chelsea musim depan,,

nantikan! natikan!! natikan!! ahahah

NucHan KisaRagi mengatakan...

K' Ary....
Maav yah cuma bisa bilang satu kata,,,





K A S I H A N.......







hHEEeee.....Hahahahaha.....
wkwkwkwkwkw...... ^ ^

Riky Fs mengatakan...

asw..
ary!!! tulisannya keren..
tapi yang paling keren cara kamu ngartiin semuanya..
sebenernya walaupun bela MU, tapi sedih juga ngeliat peter cech..
hiks7x..

Lingga mengatakan...

Huueee....kemarin om Fergie ngomong "Chelsea hanya berisi pemain-pemain Tua dan Kadaluwarsa"...



Ck ck ck.....kasihan dah....ganti klub aja mas...kayak gak ada klub lain aja....hehehe

Ary Sandhiko mengatakan...

@ Nurul,,
eh,, liat ajah neh musim ini, MU udah rada rapuh,, ditinggal si kenyon,, trus ronaldo dah mau pergi,, trus MU juga ga beli sapa2 kan?? chelsea bakal ambil alih EPL

@ Riky
thanks,jon!! ia gua juga kesian ma cech,, apalagi ma si terry,,hiks..

@Lingga,,
tua2 keladi bos,, makin tua makin jadi,, ga liat apa perpaduan mengerikan ballack, lampard, deco?? minta dibantai?? haha

Unknown mengatakan...

waw..hahaha gila ini kombinasi dari sisi olahraga, humanis, spiritual, dan ilmiah..hahahaha gila lo ri, niat banget nulis kayak begini.. walau uda kadaluarsa tapi gw tetep mau komenin, ini gila banget!!

anyway..

ARSENAL IS THE GREATEST TEAM EVER!!